BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam Manajemen Pemasaran banyak hal yang perlu dibahas dalam proses planing
sampai cotroling. Bagaimana menganalisis sampai menghadapi konsumen di
masyarakat. Oleh karena itu, sisi dari konsumen sendiri tidak boleh kita lewatkan,
karena keputusan akhir tak lain di tangan para konsumen.
Maka kajian untuk mengetahui perilaku
konsumen dalam Manajemen Pemasaran sangatlah penting untuk diketahui dan
dibahas. Dari mulai bagaimana konsumen mencari informasi terhadap produk pemasaran
sampai untuk mengambil keputusan terhadap produk tersebut. Hal ini juga sebagai
bahan analisis dalam proses pemasaran itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
-
Apa itu Perilaku Konsumen ?
-
Apa saja karakteristik yang mempengaruhi Perilaku
Konsumen?
-
Berapa jenis tipe konsumen ?
-
Bagaimana tahapan konsumen dalam keputusan
pembelian ?
-
Siapa saja pihak yang terlibat dalam pembelian
produk oleh konsumen ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perilaku Konsumen
1.
Pengertian dari para ahli
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990),
perilaku konsumen diartikan “…. Those actions directly involved in obtaining,
consuming, and disposing of products and services, including the decision
processes that precede and follow this action”. Yang diartikan sebaagai tindakan-tindakan yang terlibat secara
langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan
tersebut.
Menurut Mowen (1995), “ Consumer behavior is defined as the study of the buying units and the exchange processes involved in acquiring, consume, disposing of goods, services, experiences, and ideas”. Yang diartikan Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001).
Sedangkan The American Marketing Association
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan
kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek
hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan
yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter &
Olson, 2005).
Pengertian perilaku konsumen menurut
Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the
behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating,
and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they
needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau
ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya
dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon
dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the
decision process and physical activity individuals engage in when evaluating,
acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan
perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik
individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai,
mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer
behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of the decision of the
decision process by which customers come to purchase and consume a product”.
Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu
produk yang dibeli dan dikonsumsi.
Dari beberapa pengertian perilaku konsumen
dari para ahli yang telah disebutkan di atas maka dapat disimpulkan dalam
kalimat sederhana dan mudah dimengerti sebagai berikut ;
Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan
dan tindakan yang dilakukan seseorang (individual atau rumah tangga) ketika
membeli atau menggunakan suatu produk untuk dikonsumsi
B.
Karakteristik yang mempengaruhi Perilaku Konsumen
1.
Faktor-faktor Budaya
a.
Sub-budaya : kelompok orang yang memiliki sistem
nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang serupa.
b.
Kelas Sosial : Pembagian kelompok masyarakat yang
relatif permanen dan relatif teratur dimana anggota memiliki nilai, minat dan
perilaku yang serupa.
2.
Faktor-faktor Sosial
a.
Kelompok : Dua atau lebih sekelompok orang yang
berinteraksi untuk memenuhi tujuan individu atau tujuan bersama.
b.
Keluarga : Bagaimana kondisi dan peran keluarga
juga mempengaruhi dalam perilaku konsumsi.
c.
Peran dan Status : Peran terdiri dari sejumlah
aktivitas yang diharapkan untuk dilakukan menurut orang-orang di sekitarnya. Tiap
peran membawa status yang mengambarkan penghargaan umum terhadap peran tersebut
oleh masyarakat.
3.
Faktor-faktor Pribadi
a.
Pengaruh Personal : Pikiran dan latar belakang
dari individu orang masing-masing ini yang berpengaruh dalam perilakunya.
b.
Gaya Hidup : Pola hidup seseorang yang
tergambarkan pada aktivitas, interest, dan opinion orang tersebut.
4.
Faktor-faktor Psikologis
a.
Motivasi : kebutuhan yang mendorong seseorang
secara kuat mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut
b.
Kepercayaan dan Sikap : Kepercayaan dapat
diartikan sebagai pemikiran deskriptif yang dipertahankan seseorang mengenai sesuatu.
Sikap merupakan evaluasi, perasaan dan kecenderungan yang konsisten atas suka
atau tidak seseorang terhadap suatu obyek atau ide.
c.
Persepsi : Bagaimana cara pandang terhadap
sesuatu yang ada mempengaruhi pula dalam perilaku seseorang
d.
Belajar
C.
Ciri-ciri jenis Konsumen dengan keterlibatanya
1.
Konsumen dengan keterlibatan Tinggi
a.
Konsumen
adalah pengolah informasi
b.
Konsumen
adalah pencari informasi
c.
Konsumen
menunjukkan minat aktif terhadap iklan
d.
Konsumen
mengevaluasi merek sebelum membeli
e.
Konsumen
mencari untuk memaksimalkan kepuasan yang diharapkan
f.
Berkaitan
dengan karakteristik kepribadian dan gaya hidup
g.
Berkaitan
dengan kelompok referensi
2.
Konsumen dengan keterlibatan Rendah
a.
Konsumen
mempelajari informasi secara acak
b.
Konsumen
adalah pengumpul informasi
c.
Konsumen
menunjukkan minat yang pasif terhadap
iklan
d.
Evaluasi
merek dilakukan setelah pembelian
e.
Konsumen
mencari tingkat kepuasan yang dapat diterima (tidak
menimbulkan masalah
f.
Tidak
berkaitan dengan karakteristik kepribadian dan gaya hidup
g.
Sedikit
pengaruh kelompok referensi
D.
Ciri Perilaku Pembelian Konsumen
1.
Perilaku Pembelian yang komplek
a.
Produk
bersangkutan mahal, jarang dibeli, beresiko, dan sangat mengekspresikan pribadi
b.
Biasanya
konsumen tidak banyak tahu tentang
kategori produk tersebut dan harus belajar banyak
2.
Perilaku Pembelian Pengurang Ketidaknyamanan
a.
Produk
tersebut mahal, jarang dilakukan dan beresiko.
b.
Sedikit
perbedaan antar merek
c.
Pembeli
akan berkeliling untuk mempelajari apa
yang tersedia namun akan membeli dengan cukup cepat
d.
Sebagai
reaksi terhadap harga yang baik atau terhadap
kenyamanan berbelanja
3.
Perilaku Pembelian Mencari Variasi
a.
Keterlibatan
konsumen rendah namun perbedaan merek
yang signifikan
b.
Konsumen
sering melakukan peralihan merek
c.
Perpindahan
terjadi karena mencari variasi dan bukannya karena ketidakpuasan
4.
Perilaku Pembelian Kebiasaan
a.
Keterlibatan
konsumen rendah dan tidak adanya
perbedaan merek yang signifikan
b.
Untuk
Produk murah dan sering dibeli
c.
Konsumen
membeli ulang produk karena kebiasaan, bukannya kesetian mereka yang kuat
E.
Kategori Perilaku Ponsumen
Menurut Handi Irawan, Perilaku Konsumen
Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu :
1. Berpikir jangka pendek
(short term perspective)
Ternyata sebagian besar konsumen Indonesia
hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang,
salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.
2. Tidak terencana (dominated
by unplanned behavior)
Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse
buying, yaitu membeli produk yang kelihatan menarik (tanpa perencanaan
sebelumnnya).
3. Suka berkumpul
Masyarakat Indonesia mempunnyai kebiasaan suka
berkumpul (sosialisasi). Salah satu indicator terkini adalah situs social
networking seperti Facebook dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara
luas di Indonesia.
4. Gagap teknologi (not
adaptive to high technology)
Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu
menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya
menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.
5. Berorientasi pada konteks
(context, not content oriented)
Konsumen kita cenderung menilai dan memilih
sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu,konteks-konteks yang meliputi
suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu sendiri.
6. Suka buatan Luar Negeri
(receptive to COO effect)
Sebagian konsumen Indonesia juga lebih
menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri, karna bias dibilang
kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia
7. Beragama(religious)
Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu
agama. Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada
ajaran agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan
oleh seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk
yang mengusung simbol-simbol agama.
8. Gengsi (putting prestige
as important motive)
Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi.
Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking pentingnya
urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual di negeri kita
pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D,ada tiga budaya yang
menyebabkan gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong
orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan
kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik
kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan
sehingga mendorong untuk saling pamer.
9. Budaya lokal (strong in
subculture)
Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan
menyukai produk luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya
ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku
yang lain.
10. Kurang peduli lingkungan
(low consciousness towards environment)
Salah satu karakter
konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap isu
lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap
lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan
begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu
lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium
sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan
terhadap mereka.
F.
Tahap keputusan konsumen dalam pembelian
Menurut
philip kotler (2003:224) proses pengambilan keputusan pembelian pada konsumen
di bagi menjadi lima tahapan yaitu:
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali
masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan
internal atau ksternal. Dalam sebuah kasu, rasa lapar, haus, dapat menjadi
sebuah pendorong atau pemicu yang menjadi kegiatan pembelian. Dalam beberapa
kasus lainnya, kebutuhan juga dapat didorong oleh kebutuhan eksternal,
contohnya ketika seseorang mencium sebuah wangi masakan dari dalam rumah makan
ia akan merasa lapar atau seseorang menjadi ingin memiliki mobil seperti yang
dimiliki tetangganya.
Pada tahap ini pemasar perlu melakukan identifikasi
keadaan yang dapat memicu timbulnya kebutuhan konsumen. Para pemasar dapat
melakukan penelitian pada konsumen untuk mengidentifikasi rangsangan yang
paling sering membangkitkan minata mereka terhadap suatu produk.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong
untuk mencari informasi informasi yag lebih banyak. Dalam tahap ini, pencarian
informasi yang dilakukan oleh konsumen dapat dibagi ke dalam dua level,
yaitu situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan dengan penguatan
informasi. Pada level ini orang akan mencari serangkaian informasi tentang
sebuah produk.
Pada level kedua, konsumen mungkin akan mungkin masuk
kedalam tahap pencarian informasi secara aktif. Mereka akan mencari informasi
melalui bahan bacaan, pengalaman orang lain, dan mengunjungi toko untuk
mempelajari produk tertentu. Yang dapat menjadi perhatian pemasar dalam tahap
ini adalah bagaimana caranya agar pemasar dapat mengidentifikasi sumber-sumber
utama atas informasi yang didapat konsumen dan bagaimana pengaruh sumber
tersebut terhadap keputusan pembelian konsumen selanjutnya.
Menurut Kotler (2003:225) sumber utama yang menjadi
tempat konsumen untuk mendapatkan informasi dapat digolongkan kedalam empat
kelompok, yaitu:
·
Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga dan kenalan.
·
Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan,
pajangan ditoko.
·
Sumber publik: Media masa, organisasi penentu
peringkat konsumen.
·
Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian, dan
pemakaian produk.
Secara umum, konsumen mendapatkan sebagian informasi
tentang sebuah produk melalui sumber komersial-yaitu sumber yang didominasi
oleh pemasar. Namun, informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi.
Tiap-tiap informasi komersial menjalankan perannya sebagai pemberi informasi,
dan sumber pribadi menjalankan fungsi legitimasi atau evaluasi. Melalui sebuah
aktivitas pengumpulan informasi, konsumen dapat mempelajari merek-merek yang
bersaing beserta fitur-fitur yang dimiliki oleh setiap merek sebelum memutuskan
untuk membeli merek yang mana.
3. Evaluasi alternatif
Dalam tahapan selanjutnya, setelah mengumpulkan
informasi sebuah merek, konsumen akan melakukan evaluasi alternatif terhadap
beberapa merek yang menghasilkan produk yang sama. Pada tahap ini ada tiga buah
konsep dasar yang dapat membantu pemasar dalam memahami proses evaluasi
konsumen. Pertama, konsumen akan berusaha memenuhi kebutuhannya. Kedua,
konsumen akan mencari mafaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen akan
memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan
kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan dan
untuk memuaskan kebutuhan itu. Atribut yang diminati oleh pembeli dapat
berbeda-beda tergantung pada jenis produknya. Contohnya, konsumen akan
mengamati perbedaan atribut sperti ketajaman gambar, kecepatan kamera, ukuran
kamera, dan harga yang terdapat pada sebuah kamera.
4. Keputusan Pembelian
Dalam melakukan evaluasi alternatif, konsumen akan
mengembangkan sebuah keyakinan atas merek dan tentang posisi tiap merek
berdasarkan masing-masing atribut yang berujung pada pembentukan citra merek.
Selain itu, pada tahap evaluasi alternatif konsumen juga membentuk sebuah
preferensi atas merek-merek yang ada dalam kumpulan pribadi dan konsumen juga
akan membentuk niat untuk membeli merek yang paling di sukai dan berujung pada
keputusan pembelian.
Pada tahapan keputusan pembelian, konsumen dipengaruhi
oleh dua faktor utama yang terdapat diantara niat pembelian dan keputusan
pembelian yaitu:
a. Sikap orang lain, yaitu
sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan
bergantung pada dua hal. Pertama, intensitas sikap negatif orang lain terhadap
alternatif yang disukai calon konsumen. Kedua, motivasi konsumen untuk menuruti
keinginan orang lain (Fisbhein, dalam Kotler 2003:227). Semakin gencar
sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen,
maka konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya. Keadaan preferensi
sebaliknya juga berlaku, preferensi pembeli terhadap merek tertentu akan
meningkat jika orang yang ia sukai juga sangat menyukai merek yang sama.
b. Faktor yang kedua adalah
faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat mengurangi niat pembelian
konsumen. Contohnya, konsumen mungkin akan kehilangan niat pembeliannya ketika
ia kehilangan pekerjaannya atau adanya kebutuhan yang lebih mendesak pada saat
yang tidak terduga sebelumnya.
Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau
menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko yang dipikirkan
( Raymond, dalam Kotler 2003:228). Seperti jumlah uang yang akan
dikeluarkan, ketidakpastian atribut dan besarnya kepercayaan diri konsumen.
Dalam hal ini, pemasar harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan perasaan
dalam diri konsumen akan adanya risiko dan memberikan informasi serta dukungan
untuk mengurangi risiko yang dipikirkan konsumen.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level
kepuasan atau ketidapuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja
ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pascapembelian,
tindakan pascapembelian dan pemakaian produk pasca pembelian.
Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari sberapa dekat
harapan pembeli atas produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk
tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pembeli akan
kecewa. Sebaliknya, jika kinerja produk lebih tinggi dibandingkan harapan
konsumen maka pembeli akan merasa puas. Perasaan-perasaan itulah yang akan
memutuskan apakah konsumen akan membeli kembali merek yang telah dibelinya dan
memutuskan untuk menjadi pelanggan merek tersebut atau merferensikan merek
tersebut kepada orang lain.
Pentingya kepuasan pasca pembelian menunjukkan bahwa
para penjual harus menyebutkan akan seperti apa kinerja produk yang sebenarnya.
Beberapa penjual bahkan menyatakan kinerja yang lebih rendah sehingga konsumen
akan mendapatkan kepuasan yang lebih tinggi daripada yang diharapkannya atas
produk tersebut.
G.
Pihak yang terlibat dalam pembelian produk
1.
Initiator,
orang punya gagasan atau inisiatif yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk
membeli
2.
Decider,
orang yang mengambil keputusan untuk membeli
3.
Influencer,
seseorang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan
4.
Buyer,
orang melakukan pembelian sesungguhnya
5. User , seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan
produk
BAB III
KESIMPULAN
Perilaku
konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
seseorang (individual atau rumah tangga) ketika membeli atau menggunakan suatu
produk untuk dikonsumsi. Perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan
sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan
dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku
konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang
dilakukan saat proses konsumsi.
Perilaku konsumen dapat dikatakan sebagai
dasar-dasar dalam proses menentukan keputusan konsumen dalam memilih produk
yang akan pilih. Dalam Manajemen Pemasaran pengetahuan mengenai perilaku
konsumen ini sangat penting. Karena dapat menjadi bahan dalam analisis untuk
memasarkan produk yang akan dilempar ke publik dengan dasar analaisis perilaku
konsumen ini.
Sangat membantu sekali blognya, terimakasih
BalasHapusSaran : gk ada daftar pustaka
terimakasih. blognya bagus. materinya juga sangat membantu
BalasHapusMy Blog
terimakasih. blognya bagus. materinya juga sangat membantu
BalasHapussilahkan kunjungi blog kami di bawah ini
My Blog