BAB 1
PENDAHULUAN
Kegiatan pemasaran adalah kegiatan penawaran
suatu produk sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi, dan perubahan
gaya hidup manusia modern, maka jenis dan tingkat kebutuhan dan keinginan
konsumen turut berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu. Hal tersebut
berdampak besar dalam dunia pemasaran, dimana para pemasar berusaha untuk
selalu dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Bahkan
dalam tahapan yang lebih tinggi seorang pemasar dapat menciptakan kebutuhan dan
keinginan konsumen melalui inovasi ataupun melalui kegiatan edukasi pemasaran.
Di dalam era globalisasi pasar, dimana
perusahaan nasional kini tidak bisa lagi menganggap pasar domestik sebagai
captive marketnya. Terbentuknya pasar global memungkinkan para pemain dari
seluruh dunia bebas bermain di pasar domestik manapun. (Kartajaya;2002)
Hasilnya adalah tersedianya banyak pilihan bagi konsumen untuk membeli produk
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan keinginannya.
Di tengah maraknya persaingan dan membanjirnya
penawaran produk dengan ratusan bahkan ribuan merek di pasar baik dari dalam
dan luar negeri maka bertambah pula pekerjaan rumah bagi pemasar untuk dapat
bertahan dan berhasil di pasar. Tantangan tersebut dapat direspon dengan cara
membentuk identitas produk yang kuat atau yang lazim kita kenal dengan istilah
ekuitas merek yang kuat.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. DEFINISI PRODUK
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan
meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang,tempat, property,
organisasi, dan gagasan.
B.
TINGKAT PRODUK:
HIERARKI NILAI PELANGGAN
Dalam merencanakan tawaran pasarnya, pemasar
perlu memikirkan secara mendalam lima tingkat produk. Masing-masing tingkat
menambahkan lebih banyak nilai bagi pelanggan, dan kelimanya membentuk hierarki
nilai pelanggan (customer value hierarchy) Tingakatan tersebut, antara lain:
1.
Manfaat inti (core benefit)
Layanan atau manfaat mendasar
yang sesungguhnya dibeli pelanggan. Seorang tamu hotel membeli ”istirahat dan
tidur”. Pemasar harus memandang dirinya sebagai penyedia manfaat.
2.
Produk dasar (basic product)
Pemasar harus mengubah manfaat
inti tersebut menjadi produk dasar. Dengan demikian, kamar hotel meliputi
tempat tidur, kamar mandi, handuk, meja tulis, meja rias, dan lemari pakaian.
3.
Produk yang
diharapkan (expected product)
yaitu beberapa
atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika mereka membeli
produk ini. Tamu hotel mengharapkan tempat tidur yang bersih, handuk yang
bersih, lampu baca, dan kadar ketenangan tertentu.
4.
Produk yang ditingkatkan
(augmented product)
Pemasar menyiapkan produk yang
melampaui harapan pelanggan. Di negara-negara yang sudah berkembang, persaingan
dan penentuan posisi merek berlangsung pada tingkat ini. Akan tetapi di
negara-negara yang sedang berkembang dan pasar yang sedang naik daun seperti
Cina dan India, kebanyakan persaingan berlangsung pada tingkat produk yang
diharapkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai strategi peningkatan
produk adalah:
a.
Setiap
peningkatan menimbulkan biaya.
b.
Manfaat yang
ditingkatkan akan segera menjadi manfaat yang diharapkan.
c. Pada saat perusahaan menaikkan harga untuk produk yang
telah mereka tingkatkan, sebagian pesaing menawarkan jenis produk yang telah
”dipreteli” dengan harga yang jauh lebih trendah.
5.
Calon produk
(potential product).
Meliputi segala kemungkinan peningkatan dan perubahan
yang mungkin akan dialami produk atau tawaran tersebut pada masa mendatang.
C.
KLASIFIKASI
PRODUK
·
Convinience goods (Barang
sehari-hari)
Barang
yang digunakan sehari-hari oleh konsumen, pembelian ulang cepat dan dengan
upaya untuk mendapatkannya kecil. Contoh: beras, sabun dll
·
Shopping goods (Barang toko)
Barang
yang dibandingkan berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga dan gaya dalam proses
pemilihan dan pembeliannya. Contoh: pakaian, perabotan rumah tangga yang utama.
·
Specialty goods (Barang
khusus)
Barang
eksklusif, unik dan mahal yang hanyak bisa dimiliki segelintir orang saja namun
pembeli bersedia melakukan upaya pembelian yang khusus. Contoh: mobil jaguar,
jam Rolex
·
Unsought goods (Barang yang tidak
dicari)
Barang
yang tidak diketahui konsumennya, dan seringkali tidak pernah terpikir oleh
konsumen untuk membeli barang tersebut. Contoh: batu nisan
D.
KEPUTUSAN
PRODUK INDIVIDUAL
Produk adalah semua yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan,
dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan pemakainya. Produk tidak hanya terdiri dari barang yang berwujud,
tetapi definisi produk yang lebih luas meliputi objek fisik, jasa, kegiatan,
orang, tempat, organisasi, ide atau campuran dari hal-hal tersebut.
Keputusan produk telah banyak menarik perhatian masyarakat. Ketika membuat
keputusan seperti itu, pemasar sebaiknya mempertimbangkan secara hati-hati
masalah kebijakan publik dan peraturan yang melibatkan perolehan atau pembuatan
produk, perlindungan hal paten, kualitas dan keamanan produk, dan jaminan atau
garansi produk.
Keputusan produk meliputi beberapa tahap, yaitu tentang keputusan mengenai atribut produk, pemberian merek, pengemasan,
pelabelan, dan jasa pendukung publik.
Di bawah ini gambar keputusan mengenai masing-masing produk.


·
Mutu produk : Kemampuan produk untuk
melaksanakan fungsinya
·
Sifat-sifat produk : Alat bersaing yang
membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing
·
Rancangan produk : proses mendesain gaya dan
fungsi produk yang menarik, mudah, aman dan tidak mahal untuk dipergunakan dan
diservis, serta sederhana dan ekonomis untuk dibuat dan didistribusikan.

·
Merek : sebuah nama, istilah, tanda, rancangan
atau kombinasi yang dimaksudkan untuk mengenali produk, sehingga dapat
dibedakan dari produk pesaing.
·
Nilai merek : nilai dari merek berdasarkan
pada sejauh mana merek itu mempunyai loyalitas merek, kesadaran nama merek,
anggapan mutu, asosiasi merek yang tinggi dan asset lain seperti paten, merek
dagang dan hubungan distribusi.
·
Keputusan pemberian merek Terdiri dari :
a. Keputusan pemberian merek
b. Keputusan sponsor merek
c. Keputusan nama merek
d. Keputusan strategi merek
e. Keputusan penetapan ulang
posisi merek

Fungsi penggunaan sebagai alat
pemasaran:
a)
Swalayan: Semakin banyak produk yang dijual
secara swalayan sehingga kemasan yang efektif harus berpesan sebagai “Iklan
lima detik”.
b)
Kemampuan konsumen: konsumen bersedia
membayar lebih banyak untuk Kenyamanan,penampilan, keandalan dan prestise dari
kemasan yang lebih baik.
c)
Citra perusahaan dan merek: perusahaan
mengakui kekuatan kemasan yang terancang baik akan menghasilkan pengakuan
seketika atas perusahaan dan merek.
d)
Kesempatan inovasi: pengemasan yang inovatif
dapat memberikan manfaat besar bagi konsumen dan laba bagi produsen.

a.
Identifikasi produk/merek
b.
Mengklasifikasi produk
c.
Menguraikan beberapa hal mengenai produk
d.
Mempromosikan produk dengan gambar yang menarik

E. KEPUTUSAN
ATRIBUT PRODUK
Unsur –
Unsur Atribut Produk
1. Kualitas
Produk
Kotler
dan Armstrong (2004:347) menyatakan bahwa “Kualitas produk adalah kemampuan
suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya”.
Bila suatu
produk telah dapat menjalankan fungsi-fungsi-nya dapat dikatakan sebagai produk
yang memiliki kualitas yang baik.
2. Fitur
Produk
Kotler
dan Armstrong (2004:348) sebuah produk dapat ditawarkan dengan beraneka macam
fitur. Perusahaan dapat menciptakan model dengan tingkat yang lebih tinggi
dengan menambah beberapa fitur. Fitur adalah alat bersaing untuk membedakan
produk perusahaan dari produk pesaing.
3. Desain
Produk
(taufan
darussalam : 2007) Desain merupakan rancangan bentuk dari suatu produk yang
dilakukan atas dasar pandangan bahwa “bentuk ditentukan oleh fungsi” dimana
desain mempunyai kontribusi terhadap manfaat dan sekaligus menjadi daya tarik
produk karena selalu mempertimbangkan faktor-faktor estetika, ergonomis, bahan
dan lain-lain. Desain atau rancangan yang baik dapat menarik perhatian,
meningkatkan kinerja produk, mengurangi biaya produk dan memberi keunggulan
bersaing yang kuat di pasar sasaran.
F. DEFINIS
MEREK
American
marketing association mendefinisikan bahwa
Merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, desain, atau kombinasinya yang
dimaksudkan untuk mendefinisikan barang dan jasa dari satu atau kelompok
penjual yang membedakan mereka dari para
pesaing.
Penggunaan
merek sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, yaitu sebagai sarana untuk
membedakan barang dari satu produsen dengan produsen yang lain. Di Eropa penggunaan
merek ditandai dengan peraturan dari asosiasi di abad pertengahan yang
mengharuskan para pengrajin menempatkan nama dagang di produk mereka untuk
melindungi diri mereka sendiri dan juga pelanggang dari barang yang berkualitas
rendah.
G. ELEMEN –
ELEMEN EQUITAS MEREK
Empat elemen
pertama mewakili persepsi konsumen mengenai suatu merek melalui empat dimensi
ekuitas merek yaitu :
§ Brand
awareness,
Menunjukkan kesanggupan seorang
calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan
bagian dari kategori produk tertentu
§ Brand
association
mencerminkanpencitraan suatu
merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengankebiasaan, gaya
hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, dan lain-lain.
§ Perceived
quality
yang mencerminkan persepsi
pelanggan terhadap keseluruhankualitas/keunggulan suatu produk atau jasa
layanan berkenaan dengan maksud yangdiharapkan. Dan
§ Brand
loyalty
yang mencerminkan tingkat
keterikatan konsumendengan suatu merek produk tertentu.
H. ALASAN
PENETAPAN MEREK
Empat kondisi di bawah ini mendorong pengambilan keputusan penetapan merek.
1. Produk akan mudah dikenali jika menggunakan merek atau tanda merek.
2.
Produk dipersepsikan mempunyai nilai
tertinggi untuk harganya.
3.
Kualitas dan standar mudah dipertahankan.
4.
Permintaan atas kelas produk umum cukup besar
sehingga dapat mendukung rantai regional, nasional maupun internasional.
Pengembangan massa yang sangat menentukan keberhasilan merek untuk mendukung
biaya overhead iklan dan administrasi itu penting.

a)
Identifikasi : untuk
memberikan identitas atas item barang atau jasa
b)
Kualitas : Sebagai
indikasi konsistensi kualitas
c)
Perlindungan Hukum :
Melindungi atribut yang unik, sebagai investasi marketing untuk mengembangkan
market share dan loyalitas

a) Ketidakmampuan
untuk melakukan identifikasi: jika merk tidak mampu di identifikasi dan
membedakan dengan produk subtitusi
b) Ketidakmampuan
untuk menjaga kualitas : Merk akan memberikan tanda sehingga akan dihindari
konsumen
c) Pasar sangat
Kecil : Tidak effektif secara biaya
d) Tidak
tersedia secara reguler : sehingga harus yakin ketersediaan produk secara acak
I. KARAKTERISTIK
BRANDNAME YANG BAIK
1. Mudah diingat
Artinya elemen merek yang dipilih
hendaknya yang mudah diingat, dan disebut atau diucapkan. Simbol, logo, nama
yang digunakan hendaknya menarik, unik sehingga menarik perhatian masyarakat
untuk diingat dan dikonsumsi.
2. Memiliki makna
Artinya elemen merek hendaknya
mengandung sebuah makna maupun penjelasan/ deskripsi dari produk. Diharapkan
makna ini dapat mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut.
Deskripsi makna yang terkandung
dapat berupa:
a. informasi umum tentang
kategori dan isi dari produk
b. informasi tentang komposisi
penting yang ditonjolkan produk dan manfaat dari produk.
3. Menarik dan lucu
Pendekatan lain untuk menarik
perhatian konsumen adalah dengan variasi elemen merek yang unik, lucu,
pemilihan elemen yang kaya akan visualisasi dan imajinasi. Dalam hal ini yang
ditonjolkan adalah desain yang menarik dan lucu.
4. Fleksibel
Artinya elemen merek dapat
dimengerti dan tetap dapat diterima oleh daerah atau pasar, bahkan budaya lain.
Nama yang digunakan pun tidaklah terlalu sulit untuk diterjemahkan. Seringkali
pemilihan elemen merek mudah diingat oleh masyarakat lokal, namun sangatlah
sulit dimengerti oleh masyarakat lain. Hal ini tentunya akan menghambat
produsen untuk masuk dalam pasar yang baru.
5. Legal
Artinya brand elemen tersebut sah
menurut hukum dan undang–undang yang berlaku, sehingga berada di bawah
perlindungan hukum.
J. MERK YANG
KUAT MENINGKATKAN DEMAND & SUPPLY

a) Harga lebih
tinggi
b) Meningkatkan
volume penjualan
c) Turnover
lebih rendah
d) Lebih
memungkinkan untuk melakukan brand
stretching

a) Lebih mudah
dijual, tingkat penolakan rendah
b) Biaya
Akuisisi staf dan retensi karwayawan lebih rendah
c) Biaya modal
lebih rendah
d) Skala
ekonomi lebih baik
K. STRATEGI
PENGEMBANGAN MERK
Dalam usaha untuk mengembangkan merek,
perusahaan memiliki empat pilihan alternatif seperti yang tertera dalam tabel
berikut:

Berikut penjelasan tabel tentang strategi
pengembangan merek :
- Line
Extension / Perluasan Lini Produk
Strategi pengembangan merek ini menggunakan
nama merek yang sudah dikenal oleh konsumen untuk memperkenalkan tambahan
variasi seperti rasa baru, warna, ukuran kemasan, dsb pada suatu kategori
produk dengan menggunakan nama merek yang sama.
Contoh: Merek laptop Fujitsu meluncurkan
koleksi Lifebook Series terbaru dengan varian lini produk antara lain S2110,
C1320, dan P1510
- Brand
Extension / Perluasan Merek
Strategi pengembangan merek ini menggunakan
nama merek yang sudah dikenal oleh
konsumen untuk meluncurkan produk baru atau produk modifikasi pada kategori
produk yang baru.
Contoh: Merek sabun mandi Lifebouy yang
memperluas mereknya pada kategori produk shampo
- Multibrand
/ Banyak Merek
Strategi pengembangan merek ini meluncurkan
banyak merek pada satu macam kategori produk yang sama.
Contoh: PT Unilever Indonesia Tbk memiliki
tiga macam merek untuk kategori produk sabun mandi yaitu Lux, Lifebouy, dan
Dove.
- New
Brand / Merek Baru
Strategi pengembangan merek ini menggunakan
merek yang benar – benar baru untuk peluncuran produk baru perusahaan.
Contoh: PT Coca – Cola Indonesia Tbk meluncurkan
merek Freshtea untuk produk baru minuman produk perusahaan yaitu teh dalam
kemasan botol dengan aroma bunga melati.
L. LINI PRODUK
DAN BAURAN PRODUK

Lini Produk merupakan strategi
pemasaran untuk menjual beberapa jenis produk. Lini Produk menjual terpisah
beberapa produk yang saling berkaitan. Satu lini produk terdiri dari beberapa
produk dengan berbagai variasi ukuran, tipe warna, kualitas atau harga.
Line dept ( kedalaman lini ) mengacu
pada jumlah varian produk dalam satu lini. Line consistency ( konsistensi lini
) mengacu pada seberapa dekat hubungan antar produk dalam satu lini. Line
Vulnerability (tingkat kekuatan lini) mengacu pada presentase penjualan atau
keuntungan yang dapat diambil dari seberapa kecil produk dalam satu lini.
Beberapa lini produk berbeda yang
dijual oleh satu perusahaan disebut witdh of product mix (rentang bauran
produk). Jumlah keseluruhan produk yang dijual pada seluruh lini produk disebut
length of product mix.
Penambahan produk baru pada satu lini
produk disebut sebagai line extension. Jika line extension memiliki kualitas
yang lebih baik dari produk lainnya disebut sebagai tindakan trading up atau
brand leveraging. Namun jika line extension tersebut memiliki kualitas dibawah
produk lainnya disebut sebagai trading down.
Penanaman citra positif merupakan
promosi tingkat tinggi dengan menunjukkan satu citra yang akan mempengaruhi
seluruh lini produk. Penanaman citra positif ini biasanya menggunakan satu
jenis produk dengan kualitas tertinggi dibanding produk lain dalam satu lini.
Price Lining adalah kegiatan dimana
orang menggunakan batasan harga untuk seluruh produk dalam satu lini. Teknik
ini biasanya digunakan oleh toko yang menggunakan satu harga untuk seluruh
produknya misalnya toko serba lima ribu dimana seluruh barang yang dijual toko
tersebut berada dalam kisaran harga lima ribu.
§ Keputusan
Lini Produk
Lini produk adalah sekelompok produk
yang saling terkait karena melakukan fungsi yang sama ( mirip ), dijual kepada
kelompok pelanggan yabg sama, dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama,
atau memiliki kisaran harga tertentu. Setiap lini produk biasanya dikelola
eksekutif yang berbeda.
1. Analisis lini produk
Manajer lini perlu mengetahui
penjualan dan laba dari setiap barang yang ada dalam lininya dan bagaimana lini
produknya jika dibandingkan dengan lini produk pesaing.
a. Penjualan dan Laba Lini Produk
Manajer lini produk perlu mengetahui
presentase dari penjualan dan laba yang disumbangkan oleh setiap barang (item)
dalam lini.
b. Profil Pasar Lini
Manajer lini produk perlu meninjau
bagaimana lini produk tersebut diposisikan terhadap lini produk pesaing.
2. Panjang Lini Produk
Masalah yang dihadapi oleh manajer
lini produk adalah menentukan panjang lini produk yang optimal. Lini produk
dikatakan terlalu pendek jika manajer dapat meningkatkan laba dengan menambah
barang, lini produk disebut terlalu panjang apabila manajer dapat menaikkan
laba dengan mengeluarkan barang dari lini produk.
Perusahaan dapat memperbesar panjang
lini produknya melalui dua cara, yakni dengan memperlebar lini ( line streching
) dan dengan menambahakan barang ke dalam lini ( line filling ).
3. Keputusan Melebarkan Lini
Setiap lini produk perusahaan meliput
bagian tertentu dari keseluruhan bagian yang mungkin diliput. Perusahaan dapat
melebarkan lininya ke bawah, ke atas atau keduanya.
1) Pelebaran ke
bawah (downward strecht)
Banyak
perusahaan mula-mula berada pada bagian atas pasar (produk yang ditawarkan
berharga mahal) dan kemudian melebarkan lininya kebawah ( ke bagian yang
berharga lebih murah ).
Perusahaan mungkin melakukan pelebaran ke
bawah karena alasan-alasan berikut
- Perusahaan yang diserang oleh pesaing pada
segmen atas dan hendak melancarkan serangan balasan dengan menyerbu segmen
bawah yang dikuasai pesaing tersebut.
- Perusahaan merasakan adanya perlambatan
pertumbuhan pada segmen atas.
- Perusahaan mula-mula memasuki segmen atas
untuk membanagun citra kualitas dan berekspansi ke segmen bawah.
- Perusahaan menambahkan barang untuk segmen
bawah (low-end unit) untuk menutup atau mengisi kekosongan penawaran di pasar,
yang kalau hal itu tidak dilakukan, akan mebarik minat pesaing baru.
2) Perlebaran ke atas ( upward strecht )
Perusahaan-perusahaan disegmen bawah mungkin
berfikir untuk memasuki segmen atas. Mereka mungkin tertarik dengan tingkat
pertumbuhan dan margin yang lebih tinggi, atau oleh terbukanya kesempatan untuk
mempromosikan diri mereka sebagai pemanufaktur yang melayani semua lini.
3) Pelebaran dua arah ( two-way strecht )
Perusahaan yang melayani pasar menengah
mungkin memutuskan untuk memperlebar lininya ke dua arah.

Bauran produk ( product mix ) adalah
rangkaian dari semua lini produk dan barang yang ditawarkan dijual tertentu.
Bauran produk Terdiri dari semua lini produk dan barang yang ditawarkan penjual
tertentu. Suatu bauran produk perusahaan memiliki 4 dimensi penting yaitu :
luas, panjang, kedalaman, dan konsistensi.
a. Luas bauran produk berhubungan dengan
sejumlah lini produk berbeda yang ditawarkan perusahaan.
b. Panjang bauran produk berhubungan dengan
banyaknya jenis barang yang dibuat dalam lini produknya.
c. Kedalaman bauran produk berhubungan dengan
sejumlah versi yang ditawarkan masing-masing produk dalam lini.
d. Konsistensi bauran produk berhubungan
dengan seberapa erat hubungan berbagai lini produk dalam pemakaian akhir,
kebutuhan produksi, saluran distribusi, atau beberapa hal lain. Dimensi bauran
produk ini memberikan kemudahan untuk menentukan strategi produk. Perusahaan
dapat meningkatkan bisnisnya dalam 4 cara, yaitu ;
a. Perusahan dapat menambah lini produknya.
b. Perusahaan memperpanjang lini produk yang
sudah ada dengan yang lebih lengkap.
c. Perusahaan menambah keragaman tiap
produknya sehingga memperdalam bauran produk.
d. Perusahaan dapat menambah atau mengurangi
lini produknya, tergantung apakah perusahaan ingin memiliki reputasi kuat dalam
satu bidang atau dalam beberapa bidang.
M. KARAKTERISTIK
JASA
Menurut
Zeithaml dan bitner (2003:20) , jasa memiliki empat cirri utama yang sangat
mempengaruhi rancangan program pemasaran yaitu :
1. Tidak
berwujud
Hal
ini menyebabkan konsumen tidak dapat melihat, mencium, meraba, mendengar, dan
merasakan hasilnya sebelum mereka membelinya. Untuk mengurangi ketidakpastian,
konsumen akan mencari infotmasi tentang jasa tersebut, seperti lokasi
perusahaan , para penyedia dan penyalur jasa, peralatan dan alat komunikasi
yang digunakan serta harga produk jaa tersebut.
2. Tidak
terpisahkan (inseparability)
Jasa
tidak dapat dipisahkan dari sumbernya yaitu perushaan jasa yang
menghasilkannya. Jasa diproduksi dan dikomsumsi pada saat bersamaan. Jika
konsumen membeli suatu jasa maka ia berhadapan langsung dengan sumber atau
penyedia jasa tersebut sehingga penjualan jasa lebih diutamakan untuk penjualan
langsung dengan skala operasi terbatas.
Untuk
mengatasi masalah ini, perusahaan dapat menggunakan strategi-strategi seperti
bekerja dalam kelompok yang lebihbesar, bekerja lebih cepat serta melatih
pemberi jasa supaya mereka mampu membina kepercayaan konsumen.
3. Bervariasi (variability).
Jasa
yang diberikan sering kali berubah-ubah tergantung siapa yang menyajikannya,
kapan dan dimana penyajian tersebut dilakukan. Ini mengakibatkan sulitnya
menjaga kualitas jasa berdasarkan suatu standar.
Untuk mengatasi
hal tersebut, peusahaan dapat menggunakan tiga pendekatan dalam pengendalian
kualitasnya sebagai berikut :
a. Melakukan investasi dalam
seleksi dan pelatihan personil yang baik
b. Melakukan standarisasi pross produksi jasa
b. Melakukan standarisasi pross produksi jasa
c. Memantau kepuasan pelanggan
melalui system saran dan keluhan, survey pelanggan sehingga pelayanan yang
kurang baik dapat diketahui dan diperbaiki.
4. Mudah musnah (perishability)
Jasa
tidak dapat disimpan sehingga tidak dapat dijual pada masa yang akan dating.
Keadaan mudah musnah ini bukanlah suatu masala jika permintaannya stabil karena
mudah untuk emelakukan persipana pelayanan sebelumnya. Jika permintan
berfluktuasi, maka perusahaan akan menghadapi masalah yang sulit dalam
melakukan persupaan pelayannanya.
Untuk itu perlu
dilakukan perencanaan produk, penetapanharga serta program promosi yang tepa
untuk mengantisipasi ketidaksesuaian antara permintaan dan penawaan jasa.
N. KLASIFIKASI
JASA
Ada
beberapa klasifikasi mengenai jasa yang dikemukakan oleh para ahli dibidangnya.
Menurut Lovelock, 1987, dalam Evans dan Berman (Fandy, 1996), klasifikasi jasa
dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria, yaitu :
1. Segmen Pasar
Berdasarkan
segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa kepada konsumen akhir (misalnya
taksi, asuransi jiwa, dan pendidikan) dan jasa kepada konsumen organisasional
(misalnya jasa akuntansi dan perpajakan, jasa konsultan manajemen, dan jasa
konsultasi hukum). Sebenarnya ada kesamaan di antara kedua segmen pasar
tersebut dalam pembelian jasa.
Baik
konsumen akhir maupun konsumen organisasional sama-sama melalui proses
pengambilan keputusan, meskipun faktor-faktor determinannya berbeda. Perbedaan
utama antara kedua segmen bersangkutan terletak pada alasan dan kriteria
spesifikasi dalam memilih jasa dan penyedia jasa, kuantitas jasa yang
dibutuhkan, dan kompleksitas pengerjaan jasa yang diperlukan.
2. Tingkat Keberwujudan
(Tangibility)
Kriteria yang berhubungan dengan
tingkat keterlibatan produk fisik dengan konsumen ini dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
a. Rented Good Service
Konsumen menyewa dan menggunakan
produk-produk tertentu berdasarkan tarif dan jangka waktu tertentu. Contohnya
penyewaan mobil, kaset, video, dan villa.
b. Owned Good Service
Oleh perusahaan jasa
produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan, ditingkatkan
kinerjanya, atau dipelihara/dirawat. Contohnya jasa reparasi dan perawatan
taman.
c. Non-Good Service
Jasa personal tidak berbentuk
produk fisik (Intangible) ditawarkan kepada para pelanggan. Contohnya supir,
dosen, dan ahli kecantikan.
3. Keterampilan Penyedia Jasa
Berdasarkan
tingkat keterampilan penyedia jasa, terdapat dua tipe pokok jasa yaitu
professional service (misalnya konsultan manajemen, dokter, dan arsitek) dan
non-profesional service (misalnya supir taksi dan penjaga malam).
Pada
jasa yang membutuhkan keterampilan tinggi dalam proses operasinya, pelanggan
cenderung sangat selektif dan berhati-hati dalam memilih penyedia jasa. Hal
inilah yang menyebabkan penyedia jasa professional dapat “mengikat” para
pelanggannya. Sebaliknya, jika jasa tidak memerlukan keterampilan tinggi,
seringkali loyalitas pelanggan rendah karena penawarannya sangat banyak dan
acapkali tidak berbeda secara signifikan.
4. Tujuan Organisasi Jasa
Jasa dapat dibagi menjadi
commercial service atau profit service (misalnya penerbangan, jasa parsel, dan
bank) dan non-profit service (misalnya sekolah, panti asuhan, dan
perpustakaan).
5. Regulasi
Jasa dapat dibagi menjadi
regulated service (misalnya angkutan umum, media masa, dan perbankan) dan
non-regulated service (misalnya jasa makelar, catering, kost dan asrama, kantin
sekolah, serta pengecatan rumah).
6. Tingkat Intensitas Karyawan
Jasa
dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu equipment-based service (misalnya
cuci mobil otomatis, ATM, dan binatu) dan people-based service (misalnya
pelatih sepak bola, satpam, dan konsultasi hukum). Jasa padat karya
(people-based service) masih dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori: tidak
terampil, terampil, dan pekerja professional (Kotler, 2000).
Jasa
padat karya biasanya dijumpai pada perusahaan yang memang memerlukan banyak
tenaga ahli dan apabila penyampaian jasa itu harus dilakukan di tempat tinggal
atau di tempat usaha pelanggan. Organisasi penyedia jasa juga akan bersifat
padat karya apabila proses penyampaian jasa kepada satu orang pelanggan memakan
waktu yang cukup lama, sehingga perusahaan membutuhkan staf yang relatif banyak
agar dapat pula melayani pelanggan lainnya.
Sementara
itu perusahaan yang bersifat equipment-based mengandalkan penggunaan mesin dan
peralatan canggih yang dapat dikendalikan dan dipantau secara otomatis atau
semi-otomatis. Ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga konsistensi kualitas
jasa yang diberikan dan meningkatkan efisiensi.
7. Tingkat Kontak Penyedia Jasa
dan Pelanggan
Berdasarkan
tingkat kontak ini, secara umum jasa dapat dibagi menjadi highcontact service
(seperti universitas, bank, dan dokter) dan low-contact service (seperti
bioskop).
Pada
jasa yang tingkat kontak dengan pelanggannya tinggi, keterampilan interpersonal
karyawan harus diperhatikan oleh perusahan jasa, karena kemampuan membina
hubungan sangat dibutuhkan dalam berurusan dengan orang banyak, misalnya
keramahan, sopan santun, komunikatif, dan lain sebagainya. Sebaliknya, pada
jasa yang tingkat kontak dengan pelanggan rendah, justru keahlian teknis
karyawan yang paling penting.
DAFTAR
PUSTAKA
Kotler, Philip., Kevin L,. 2008. Manajemen
Pemasaran. Jakarta : Erlangga
makasih atas referensinya sangat membantu
BalasHapustrims atas artikelnya, nambah referensi
BalasHapus